Talkshow Anak Berkebutuhan Khusus ''Keterbatasan Bukan Batasan''
Talkshow ini diadakan oleh BEM Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma pada bulan Mei 2016 di Kmpus D Universitas
Gunadarma.
Materi yang dibahas oleh ibu Katarina
adalah bagaimana cara mengidentifikasi apakah anak tersebut ABK atau tidak?
Menurut ibu Katarina darisudut pandang psikologis yaitu dengan melihat
perkembangan anak, sebagai orang tua harus memahami sikap anak dari awal masa
pertumbuhan. Terkadang sering terjadi tantrum pada si anak.
Tantrum adalah ledakan emosi,
biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional,
yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak,
pembangkangan, marah - marah, resistensi terhadap upaya untuk menenangkan dan,
dalam beberapa kasus, kekerasan. Kendali fisik bisa hilang, orang tersebut
mungkin tidak dapat tetap diam, dan bahkan jika "tujuan" orang
tersebut dipenuhi dia mungkin tetap tidak tenang.
CARA MENGATASI TANTRUM
PADA ANAK
1. Cari tahu dan pelajari penyebab anak-anak menjadi tantrum. Anak-anak cenderung mudah marah karena mereka lapar, sakit,
bosan, kelelahan, atau frustrasi. Mempelajari penyebab ini tentunya butuh
observasi selama beberapa minggu, tidak bisa hanya sehari atau 2 hari saja.
Buat catatan-catatan perilaku keseharian anak, dan kemudian pelajarilah catatan
tersebut. Kita bisa mengetahui kapan anak cenderung mudah marah, apa
penyebabnya, kapan saja anak bisa tidak marah dan menurut, kondisi emosinya
saat ia sakit atau kelelahan, dan lain sebagainya. Dari catatan itulah nantinya
kita bisa mencari jalan untuk menghindari atau meminimalisir terjadinya
tantrum. Bagaimanapun, menghindari penyebab tantrum itu lebih mudah daripada
menghadapi ledakan tantrumnya.
Jadi, jangan buru-buru berkonsultasi dan
menanyakan “anak saya kenapa”, “saya bingung menghadapinya”, “saya ngga tahu
kenapa dia begitu” atau “bagaimana solusinya” jika kita sendiri belum mencoba
untuk mencari tahu dan mengobservasi anak kita sendiri. Yang paling mengerti anak-anak
seharusnya adalah ibu dan ayah mereka. Psikolog, konsultan anak, dokter, semua
mempelajarinya dari keterangan orangtua si anak. Memberikan solusi hanya sesuai
teori. Tapi bagaimana prakteknya di rumah atau di luar, mereka tidak tahu dan
pastinya banyak yang tidak akan mencari tahu.
2. Perhatikan gejala awal anak tantrum. Biasanya, sebelum anak benar-benar “meledak”, mereka akan
menunjukkan tanda-tanda merasa “kesulitan” atau frustrasi. Misalnya seperti
mereka tampak tidak sabar menyelesaikan sesuatu, membuang apa yang ada di
tangannya, menarik napas dalam-dalam, ber-“ah-eh” (atau mimbik-mimbik – bahasa
Jawa), atau perubahan mimik wajahnya. Bila tanda-tanda semacam ini sudah mulai
terlihat, segera berikan pertolongan pertama : alihkan perhatiannya.
3. Alihkan perhatiannya. Perlihatkan
sesuatu yang dapat menarik perhatiannya, atau ajak anak melakukan hal seru yang
ia sukai, atau tawarkan untuk membacakan cerita. Sangat penting bagi kita untuk
tahu apa saja yang bisa mengalihkan perhatian anak. Dan sekali lagi, ini adalah
pengetahuan dasar yang harus diketahui oleh setiap orangtua.
4. Pindahkan ke lokasi yang lebih aman. Anak-anak cenderung suka melempar apa yang ada di sekeliling
mereka atau berguling-guling di lantai saat mereka tantrum. Maka pindahkan ke
tempat dimana ia bebas berguling-guling atau menangis yang tidak ada
barang-barang di sekitarnya yang bisa mereka rusak. Atau jika sedang berada di
luar rumah, pelukan ibu adalah tempat teraman bagi seorang anak yang tantrum.
Biarkan anak menangis dan peluk mereka. Orang di sekitar Anda mungkin
terganggu, tapi abaikan perasaan malu dan tidak enak itu. Itu wajar, dan setiap
anak wajar mengalami tantrum. Yang tidak wajar adalah menuruti semua keinginan
anak.
5. Jangan menyerah dan menuruti apa yang diinginkan anak. Ketika kita menyerah pada kemarahan anak dalam hitungan 2 menit
atau 10 kali pukulan (jika anak marah sambil memukul), atau saat kita merasa
malu pada orang lain di sekitar kita, maka anak-anak akan belajar dan
menjadikan itu sebagai senjata canggih mereka di kemudian hari. Mereka akan
belajar bahwa jika mereka menangis dengan gigih sedikit lagi, Anda akan luluh
dan memberikan apa yang mereka mau. Maka, cobalah untuk tenang dan abaikan
kemarahannya. Jika Anda nampak ingin marah dan mulai tersulut emosi, segeralah
pergi dan hindari anak untuk sesaat sambil menenangkan diri Anda.
6. Jangan tertawakan anak yang sedang tantrum. Anak yang sedang tantrum tidak boleh ditertawakan, dan jangan
sampai membuat mereka beranggapan bahwa marah itu lucu karena semua orang
tertawa. Ketika Alifa mulai merajuk dan marah, tante dan omnya sering
menertawai tingkahnya. Memang lucu melihat bibirnya mengerucut dan mata
sipitnya bersinar-sinar marah. Tapi, pada akhirnya itu semua justru semakin
membuat tantrumnya menjadi. Semakin keras ia ditertawakan, semakin hebat pula
tantrumnya. Karena ia tahu, ia “lucu” saat marah, dan ia ingin menarik
perhatian dari tante dan omnya.
7. Jangan respons keinginan anak sampai ia berhenti tantrum atau
berteriak. Anak-anak harus belajar bahwa
setiap keinginan harus disampaikan dengan baik, bukan dengan marah, berteriak,
dan menangis. Terkadang saya hanya menatap Alifa saat ia menangis minta
sesuatu, atau saya hanya menghela nafas dan memberi isyarat bahwa saya ada di
kamar jika ia membutuhkan saya. Saya tidak mengatakan apapun, sampai ia diam
dan datang memeluk saya. Barulah saya katakan, “apa kata ajaibnya jika kamu
butuh bantuan?” dan perlahan ia mengatakan, “tolong, Bunda…”. Atau bila
itu terjadi di tempat umum, saya akan dengan tegas mengatakan padanya, “Bunda
hanya akan mendengarkan mbak Fafa jika mbak Fafa bisa bilang dengan baik”.
Anak-anak harus belajar dan tahu bahwa
orangtualah yang memegang kendali, bukan mereka. Dalam artian, mereka boleh
mengungkapkan keinginan dengan cara yang baik, namun tidak semua keinginan
mereka harus dipenuhi. Inilah sikap yang seharusnya dimiliki oleh orangtua.
Kita, orangtualah yang harusnya bisa mengendalikan anak, bukan anak-anak yang
mengendalikan kita.
8. Berikan pelukan dan ajak anak bicara setelah tantrumnya reda. Kita wajib menentramkan hati anak dan memberikan mereka
pengertian tentang sikap-sikap yang baik dan mengajari mereka cara
mengungkapkan keinginan mereka dengan baik. Jika kita hanya membiarkan saja,
tanpa memberikan mereka pengertian bahwa apa yang mereka lakukan itu salah,
maka semua cara di atas akan sia-sia. Anak-anak tidak akan belajar dari sana
dan akan menganggap bahwa tangisan dan kemarahan mereka adalah hal yang biasa.
Namun, ajaklah mereka untuk mengatasi dan mengolah emosi mereka menjadi lebih
baik.
Tindakan yang harus
dilakukan orang tua terhadap anak ABK :
·
Orang tua harus membawa anak tersebut
untuk bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar. Agaranak tersebut tidaklah
merasa berbeda dengan yang lain.
·
Perlakukanlah mereka seperti anak-anak
normal lainnya
·
Usahakan agar anak tersebut untuk
bersekolah di sekolah umum bukan sekolah khusus (SLB) agar mereka dapat
bersosialisasi dan tidak merasa diasingkan atau dibedaka dengan anak yang lain.
Menurut Arist Merdeka Sirait “anak adalah
amanat, anugrah dan titipan tuhan. Hak dan kewajibannya pun sama diantara anak
normal dan ABK”. Di Indonesia termasuk kedalam kejahatan seksual paling besar
terutama kepada anak berkebutuhan Khusus. Ancaman anak yang paling utama adalah
orang-orang terdekat (ayah kandung, tiri, kakak kandung, saudara, kerabat,
dll).
Penyebab tantrum diantaranya adalah terhalangnya keinginan
anak anda dalam mendapatkan sesuatu, ketika tidak berhasil dalam memenuhi
keinginannya maka kemungkinan anak anda melakukan beberapa ekspresi-ekspresi
kemarahan, selain itu temper tantrum dapat disebabkan oleh ketidakmampuan dalam
mengungkapkan keinginan diri anak anda sehingga anak anda menuntut anda untuk
memahaminya, sedangkan selanjutnya adalah perasaan tertekan yang dialami oleh
anak anda sehingga melepaskan stress yang dialaminya. Salah satu contohnya
adalah ketika anak anda diajak dalam suatu perjalanan yang jauh dan melelahkan,
tiba tiba menginginkan sesuatu yang tidak dimengerti oleh anda. Terakhir
penyebab temper tantrum adalah pola asuh orang tua yang yang
menyebabkan tantrum yaitu anak anda terlalu dimanjakan dan mendapatkan
penolakan atas keinginannya. Salah satu yang harus diperhatikan adalah pola
asuh orang tua. Pola asuh dapat diartikan perlakuan orang tua yang sangat
mendasar. Hal yang harus diperhatikan adalah perilaku yang patut dicontoh yang
ditimbulkan oleh orang tua pada anak,sehingga anak anda akan mengikuti
kebiasaan anda. Selanjutnya kesadaran diri, berhubungan dengan mendorong
perilaku anak dalam kesehariannya pada nilai-nilai moral. Terakhir yang tidak
kalah penting adalah komunikasi antara anda dan anak. Orang tua akan menerapkan
pola komunikasi yang baik dalam membentuk hubungan bersama anaknya untuk
menghindari ekspresi seperti temper tantrum anak.
bagus sekali talkshownya
BalasHapusmanfaat fiber