Membangun Karakter dengan Pendidikan Anak
Usia Dini
Membangun Karakter dengan
Pendidikan Anak Usia Dini – Masa kanak-kanak menurut banyak penelitian merupakan
masa terbaik atau dikenal dengan masa keemasan. Disebut dengan masa
keemasan karena pada masa itu mempengaruhi kemampuan otak dan juga kepribadian
anak ketika dewasa. Oleh karenanya banyak orang tua yang memanfaatkan masa-masa
ini dengan baik. Seperti mengajari mereka berbagai hal hingga memasukkan mereka
ke play group untuk melatih sistem motorik ataupun kemampuan berpikir
mereka.
Pentingnya
masa keemasan ini bagi perkembangan otak seorang bayi akhirnya memunculkan
istilah pendidikan anak usia dini. Anak layaknya kertas kosong
perlu diisi berbagai macam pengetahuan untuk membuat kertas tersebut berwarna.
Tentunya apa yang diajarkan merupakan hal baik untuk mereka ke depannya. di
usia 0 hingga 6 tahun, otak manusia memiliki kemampuan super dalam menyerap
berbagai hal. Tidak peduli informasi itu baik atau buruk, otak anak akan
menyerapnya dengan cepat. Olah karena itu, di usia ini, orang tua diharapkan
mampu memanfaatkannya dengan baik agar anak tumbuh menjadi pribadi yang baik
pula.
Orang
tua mana yang tidak senang jika anaknya menjadi kebanggaan ketika beranjak
dewasa. Dimulai dari usia dini dengan pendidikan anak usia dini yang
tepatlah jalan untuk membuat anak Anda menjadi anak yang hebat dan
membanggakan. Jika ingin memiliki anak yang baik budi pekertinya, tentunya
ajarkan dan biasakan hal-hal baik. Hindari menggunakan kata-kata kasar ataupun
kekerasa fisik. Perilaku orang tua sering kali ditiru sang anak tanpa orang tua
sadari. Jika orang tuanya sering bertengkar dengan perkataan yang kasar, anak
akan tumbuh dengan jiwa yang kasar dan sangat mudah mengucapkan kata-kata
kotor. Sebaliknya orang tua yang bersikap lembut dan tidak pernah berucap kotor
di depan anaknya, anak itu akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Anak
ibarat kapas yang dicelupkan ke dalam air. Tidak peduli air itu kotor atau
bersih, kapas akan tetap menyerap air tersebut. Itulah ibarat kondisi otak anak
di masa keemasan. Sebenarnya masa keemasan anak tidak dimulai dari mereka sudah
lahir di dunia saja. semenjak kehadiran pertamanya di dalam perut sang ibu,
masa keemasan bayi pun dimulai. Jadi ada benarnya dalam adat Jawa mengatakan
bahwa dalam kondisi mengandung calon ibu dan ayah dilarang berkata kotor dan
bertengkar. Meskipun masih di dalam perut dan belum bisa melihat apa yang
dilakukan orang tuanya, bayi sudah bisa merasakannya. Anak adalah cerminan
orang tuanya, jika ingin anak Anda memiliki sikap baik maka Anda sebagai orang
tua harus memberikan contoh tersebut. Aneh jika orang tua bersikap seenaknya
tapi anaknya harus menjadi anak yang baik. Bagaimana anaknya mau menjadi anak
yang baik kalau panutannya saja tidak mencerminkan diri yang baik.
Pendidikan
anak usia dini tidak selalu berkaitan dengan pendidikan formal seperti play
group ataupun TK. Kehidupan sehari-hari yang dijalani anak tersebut di
rumah sudah menjadi pendidikan bagi mereka karena anak pada masa itu akan
dengan mudah menyerap apa saja yang ada di depannya. Sering kali orang tua
tidak sadar telah membentak anaknya ketika mereka rewel. Pekerjaan rumah tangga
yang menumpuk, ditambah dengan beban ekonomi yang terus meningkat membuat orang
tua stress. Sayangnya pihak yang paling merasakan dampaknya adalah anaknya
sendiri. Tidak heran jika bentakan, cubitan bahkan pukulan diterima oleh sang
anak.
Sesaat
emosi Anda akan mereda dengan melampiaskan rasa marah itu terhadap anak yang
tidak berdosa itu. Tapi jika Anda melakukannya sekali saja tindakan itu, rasa
penyesalan sepanjang masa dapat Anda derita. Dalam sebuah penelitian terungkap
bahwa satu bentakan orang tua terhadap anaknya, akan memutus beberapa saraf
otak sang anak sehingga tanpa sadar telah meyia-nyiakan masa keemasan tersebut.
Tekanan
yang dirasakan anak baik karena bentakan, cubitan atau bahkan pukulan akan
membuat anak Anda rendah diri, tidak berani mengambil resiko serta menjadi
orang yang penakut. Tentunya kekurangan ini akan menjadi penghambat bagi mereka
untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. Bagaimana mau menjadi anak yang
membanggakan jika untuk tampil di depan banyak orang saja minder. Jangankan
untuk tampil di depan banyak orang, tampil di depan kelas pun mereka tak
berani. Oleh karena itu bagi Anda calon ayah dan ibu baru, bedakan ketika Anda
masih berstatus lanjang dan ketika sudah akan memiliki momongan. Tingkah laku
serta tutur kata harus dijaga agar tidak ditiru oleh anaknya.
Saat
ini terjadi fenomena orang tua menyekolahkan anaknya sedini mungkin. Baru
berusia 2 tahun anak sudah dimasukkan ke les bakat, yang kadang jumlahnya lebih
dari satu. Tujuan orang tua ini memang baik dengan maksud untuk memaksimalkan
masa keemasan tersebut. Tapi perlu diingat juga adalah masa kanak-kanak adalah
masa di mana mereka masih suka bermain. Tenaga merekapun belum begitu besar
sehingga masih mudah didera kelelahan. Jika anak dipaksa mengikuti les ini dan
les itu setiap harinya, anak akan bosan dan bisa berontak.
Pada
dasarnya ada standar minimal usia berapa anak sudah siap untuk disekolahkan.
Idealnya anak masuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau dalam masyarakat
sekarang dikenal dengan play group, adalah saat mereka berusia 4 tahun.
Kemudian di usia 5 hingga 6 tahun, anak sudah bisa dimasukkan ke jenjang Taman
Kanak-Kanak. Sedangkan untuk masuk ke Sekolah Dasar idealnya anak berusia 7
tahun.
Fenomena
orang tua yang berlomba-lomba sedini mungkin memasukkan anaknya ke sekolah
justru memberikan efek tidak baik bagi perkembangan mental dan otak sang anak.
Usia di bawah 4 tahun adalah usia di mana mereka senang dengan bermain.
Belajarpun harus dibungkus dengan permainan. Sehingga mereka akan merasa senang
dan tidak merasa seperti belajar. Ketika anak masih senang bermain dan sudah
dipaksa untuk belajar banyak hal, pertama mereka akan memperlihatkan kemampuan
yang membanggakan orang tuanya. Tapi ke depannya anak akan merasa bosan dengan
kegiatan menjemukan itu dan memberontak.
Lalu
bagaimana sebenarnya mendidik anak yang benar di usia dini ini? Dalam sebuah
kalimat mutiara berbahasa Arab disebutkan, “Ummu madrosatul ula lil aulad”,
yang artinya ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Jadi ibu bisa
menjadi guru dalam pendidikan anak usia dini. Dengan ibu sendiri sebagai
gurunya, maka anak akan lebih aman dan nyaman. Pembalajaran berbagai hal dapat
dibungkus dengan permainan. Finlandia sebagai negara percontohan mengenai
pendidikan, membungkus segala ilmu pengetahuan dengan permainan. Baik itu di
jenjang TK ataupun SD. Tidak heran jika murid-murid TK di Finlandia ketika
ditanya sedang belajar apa? Mereka mengatakan mereka sedang bermain dan bukan
belajar. Karena saking asyiknya bermain, mereka tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya
sedang belajar.
Menurut
pendapat saya, anak yang belum cukup umur untuk sekolah atau masuk PAUD
seharusnya tidak dimasukan ketempat les bakat karna anak diusia dini itu masih
senang bermain bersama teman sebaya nya. Memang perlu agar otak anak lebih
diasah lagi tetapi akan lebih baik lagi jika orang tuanya saja yang mengajarkan
anaknya sendiri agar anak tidak di tuntut untuk belajar dan terus belajar. Kalau
sama orang tua kan bisa sambil belajar dengan asyik dan tidak terlalu focus dalam
belajar. Jadi , anak di usia dini masih perlu bermain dan masih membentuk
karakternya sendiri dan tidak perlu ikut les untuk lebih mengasah otak anak,
tetapi hanya perlu dari orangtua atau keluarga .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar